Monday, May 23, 2016

pestisida nabati dengan menggunakan daun tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens)



ABSTRAK
Pestisida sintesis kimia diartikan sebagai zat yang dapat bersifat racun yang berfungsi efektif membunuh hama, serta menghambat pertumbuhan atau perkembang biakan organisme pengganggu tanaman. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan pestisida sintesis kimia meningkat dengan pesat, baik dosis, jenis, maupun interval pemakaiannya. Selain itu cepat atau lambat juga dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius seperti: meracuniorganisme yang berguna (musuh alami hama), terjadinya resurgensi dan ledakan hama sekuler dan hama potensial, mencemari lingkungan karena residunya sulit diuraikan dan bersifat racun, dan membahayakan kesehatan konsumen. Sebelum manusia dapat mengolah unsur-unsur kimia menjadi pestisida, mereka menggunakan cairan tumbuhan yang ada di sekitarnya untuk mengendalikan dan memberantas hama serta penyakit tanaman yang disebut sebagai pestisida nabati.

Untuk mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida sintetis, maka dapat digunakan pestisida nabati dengan menggunakan daun tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens(Lour.) Merr).Pestida yang dibuat dari daun sambung nyawa mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme pengganggu. Sambung nyawa memiliki senyawa metabolit yaitu senyawa flavonoidtanninsaponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam parakumarat, asam p-hidroksibenzoate, dan minyak atsiri yang tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun, sehingga aman dan ramah lingkungan. Penelitian tentang efektifitas pemanfaatan daun sambung nyawa sebagai pestisida alami khususnya diaplikasikan pada tanaman leguminoceae dari hewan pengganggu seperti ulat dan hama penghisap. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen rancangan acak lengkap (RAL) dengan variable bebas konsentrasi ekstrak dan variable terikat.
Kata kunci: pestisida nabati, sambung nyawa (Gynura procumbens), leguminoceae.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dampak negative penggunaan pestisida sudah semakin diwaspadai oleh berbagai komponen masyarakat Indonesia saat ini. Sayangnya kesadaran ini masih belum diimbangi oleh pengurangan penggunaan pestisida oleh para petani di lapangan. Penggunaan pestisida sintetis kimia pun tetap menjadi pilihan utama khususnya pada tanaman leguminoceae di Indonesia masih cukup tinggi sebab pengembangan dan penerapan alternative teknik pengendalian hama dan penyakit di luar pestisida masih sangat kurang. Padahal manfaat kacang-kacangan sebagai makanan rakyat sangat penting, karena jenis kacang mengandung banyak vitamin. Zat ini sangat diperlukan karena merupakan tambahan berharga bagi makanan rakyat yang relatif kurang vitamin. Disamping sebagi bahan makanan manusia, kacang dapat digunakan sebagai makanan ternak.
            Salah satu alternatif teknik pengendalian hama yang cukup efektif dan efisien adalah penggunaan pestisida nabati, atau penggunaan zat kimia nabati yang terkandung dalam jaringan tumbuh-tumbuhan untuk mengendalikan populasi hama. Pestisida nabati sangat berbeda dari pestisida sintetis kimia sebab tidak menimbulkan dampak residu (pestisida nabati sangat mudah terurai secara alami) dan memiliki spektrum yang spesifik dan efektif untuk hama tertentu. Selain itu sebagai hasil ekstrak jaringan tumbuhan, pestisida nabati tentunya dapat dibuat sendiri dengan bahan yang sudah tersedia di lingkungan sekitar kita, sehingga biaya yang dikeluarkan pun semakin berkurang.
Salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati adalah Sambung nyawa atau pada beberapadaerahdikenal dengan sebutan ngokilo. Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbents (Lour.) Merr) merupakan tanaman tahunan yang biasa tumbuh di selokan, pagarrumah, pinggiran hutan, padang rumput, dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur. Dan penelitian keefektifan mengenai pestisida sambung nyawa membuktikan bahwa pestisida sambung nyawa ini sebagai anti bakteri, serta Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penerapan dilakukan pada tanaman leguminoceae dikarenakan tanaman ini mempunyai tingkat pertumbuhan yang relative cepat sehingga waktu pengamatan untuk menghasilkan data cukup 2-3bulan.Selainitu, tanaman ini juga sering diganggu ulat dan hama penghisap.

1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.      Cara pembuatan pestisida nabati daun sambung nyawa
2.      Aplikasinya dilakukan pada tanaman leguminoceae untuk mengetahui efektifitas ekstrak sambung nyawa dengan variasi konsentrasi yang berbeda pada setiap…….. sampel yang berbeda.
1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui cara pembutan pestisida nabati dari tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens)
2.      Untuk mengetahui besarnya efektifitas pestisida nabati daun sambung nyawa dalam membunuh serta menghambat hama dan penyakit pada tanaman leguminoceae.
3.      Untuk mengetahui berapa konsentrasi dan dosis yang digunakan

1.4 Luaran Yang Diharapkan
Penelitian ini memiliki potensi luaran yang akan dituju yaitu:
1.      Untuk membantu meringankan permasalahan petani terkait persoalan hama dan penyakit yang selalu menyerang tanamannya.
2.      Publikasi artikel penelitian ilmiah untuk di tingkat nasional dan internasional.

1.5  Kegunaan
1.      Sebagai penolak kehadiran serangga (repelant) dan antifidan sehingga  hama tidak menyukai tanaman yang telah disemprot pestisida nabati.
2.      Terhambatnya proses metamorposis serangga, misalnya : perkembangan telor,larva, dan pupa menjadi tidak sempurna. Sehingga mengurangi gangguan ulat dan hama penghisap pada tanaman leguminoceae sehingga hasil produksi panen meningkat.
3.      Dapat memberi tambahan pengetahuan kepada para petani Indonesia apa yang terdapat disekitar kita dapat menjadi solusi dalam permasalahan yang dihadapi para petani.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati bersifat “pukul danlari” yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehinggatanaman aman untuk dikonsumsi. Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapatmembunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitudapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :
1.              Sebagai penolak kehadiran serangga (repelant)
2.              Sebagai antifidan sehingga hama tidak menyukai tanaman yang telah disemprot pestisida nabati
3.              Terhambatnya proses metamorposis serangga, misalnya : perkembangan telor,larva,dan pupa menjadi tidak sempurna
4.              Terhambatnya reproduksi serangga betina dan mengacaukan sistem hormon pada serangga.
Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang merupakan poduksimetabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan OPT.Lebih dari 2 400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandungbahan pestisida. Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisidamaka akan membantu masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang ramahlingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada disekitarnya.

2.2 Sambung Nyawa (Gynura procumbens)
Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi   : Spermatophyta
Kelas   : Dicotyledonae
Ordo    : Asterales
Famili : Compositae
Genus : Gynura
Spesies: Gynura procumbens Lour Merr.
Nama umum/dagang   : sambung nyawa
Nama daerah               : beluntas cina, daun dewa (Melayu) 
Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak.

2.2.1 Kandungan kimia dan manfaat tanaman
Daun tanaman Gynura procumbens mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988), asparaginase (Mulyadi, 1989). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura procumbens terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol. Penelitian oleh Idrus (2003) menyebutkan bahwa Gynura procumbens mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)galaktosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1 -6)glukosida.

2.3 Tanaman Leguminoceae
Suku polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Suku besar ini terbagi menjadi 3 subsuku, yaitu Faboideae (atau Papilionoideae, tumbuhan berbunga kupu-kupu), Caesalpinioideae, dan Mimosoideae. Legum merupakan hijauan yang memiliki kandungan protein tinggi. Kandungan tersebut amat membantu asupan protein bagi ternak terutama ternak ruminansia. Legum dapat diberikan bersama dengan rumput yang menjadi sumber serat kasar, melalui pemberian bersama tersebut dapat legum pengimbang asupan pakan ternak meleui nutrisi protein.  Tanaman sayuran yang termasuk famili leguminosae, diantaranya ialah kacang panjang, buncis, koro, kecipir, para pedang dan kapri.
Leguminosa merupakan tanaman yang  mempunyai kemampuan untuk menghasilkan  bahan organik tinggi dan dapat membantu  meningkatkan kesuburan tanah. Kemampuan  memfiksasi nitrogen dari udara oleh  leguminosa dapat membantu meningkatkan  suplai hara terutama nitrogen bagi tanaman  yang disampingnya. Leguminosa dapat  ditanam sebagai tanaman penutup lahan  mempunyai fungsi untuk konservasi tanah dan  air.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentari ekstrak pestisida sambung nyawa sebagai variabel bebas dan tanaman legumminoceae yang berlubang sebagai variable terikat. Metode ini dilakukan untuk menguji keefektifan ekstrak pestisida dari daun sambung nyawa dalam melindungi tanaman dari ulat dan hama penghisap. Penelitian ini menggunakan tanaman kacang panjang sebanyak 10 sampel untuk masing-masing konsentrasi. Jadi total populasinya 60 tanaman Legumminoceae.

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
  1. Ember 1 buah
  2. Panci 1 buah
  3. Kompor
  4. Alat penghancur (penumbuk atau blender)
  5. penyemprot
  6. Timbangan elektrik
  7. Gelas ukur
  8. Kain furing atau saringan
  9. Toples kaca
3.1.2. Bahan
  1. Daun sambung nyawa 1 kg
  2. Aquades
  3. Deterjen 50 gr
  4. Hama-hama penghisap (kumbang daun)
  5. Berbagai jenis Ulat ( ulat gaprak, ulat jengkal, ulat bewarna)
Bagan Alur Pembuatan Pestisida Nabati dan Aplikasinya
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya
No
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1
Peralatan Penunjang
Rp.
2
Peralatan Habis Pakai
Rp.
3
Perjalanan
Rp.
4
Lain-lain
Rp.
Jumlah
Rp.

4.2 Jadwal Kegiatan

No
Kegiatan
Progres Penelitian
Bulan ke1
Bulan ke2
Bulan
ke 3
Bulan
ke 4
Bulan
ke 5
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Studi pustaka




















2
Pengumpulan literatur via internet




















3
Persiapan dan pencarian alat serta bahan




















4
Pelaksanaan penelitian




















5
Pengolahan dan analisis data




















6
Pembuatan laporan akhir




















7
Publikasi/seminar
































































No comments:

Post a Comment